Oleh: Dhiny Lidinillah (Calon Gelombang 5 VOL-D)

Hari Minggu tanggal 8 April Volunteer Doctors mengadakan balai pengobatan gratis, cek gula darah, pengecekan gigi dan pemeriksaan golongan darah di Kampung Manoko bekerja sama dengan RCDC MITI. Tempatnya luar biasa sekali sulit dijangkau –lebay-, walhasil saya dan teman-teman Vol D berasa naik Halilintarnya Dufan –lebay abis-. Sebelumnya, karena saya dan teman-teman Vol D gelombang V terhitung kategori anak ingusan, jadi kami diajari terlebih dahulu tentang obat-obatan, cara pengecekan golongan darah dan cek gula darah. Seru sekali rasanya, seperti bimbel kuliah anak FK –kalo ada beneran-.

Nah, jadi teknisnya saya dan teman-teman lainnya dipecah jadi grup-grup kecil untuk ditugaskan di masing-masing pos tadi. Kebetulan sekali, saya dapat bagian jadi asistennya koas yang nantinya bertanggung jawab untuk menangani pasien. Nah disitulah tantangannya. Saya disuruh menanyai pasien tentang keluhan yang mereka rasakan sekaligus menuliskannya di rekam medis juga menuliskan resepnya. Saya langsung teringat dengan kejadian ujian OSCE anamnesis pasien dimana saya saat itu baru dinyatakan lulus setelah mengikuti remedial –curcol-. Yah, walhasil mulanya saya kewalahan dan bingung mau mulai darimana. Ya sudah saya putuskan untuk senyum manis ala saya saat pasien datang dan minta pasien untuk diukur tensi terlebih dahulu. Cara saya cukup jitu karena dengan begitu jadi akang koasnya yang nanya keluhan pasien selagi saya mengukur tensinya. Yah, saya jadi punya kesempatan memperhatikan bagaimana akang koas menanyakan keluhan pasien. Jadi selanjutnya saya tiru deh hehe. Tapi derita saya belum berakhir sampai di situ, karena saya disuruh meresepkan obat. Meskipun bukan saya yang memutuskan obat apa yang diberikan untuk pasien, tapi tetep aja saya merasa gugup. Ya bukan apa-apa, tapi akang koasnya mendiktekan obat dengan cepat, jadinya saya kewalahan dan malah gak nulis apa-apa dikolom resep. Jadilah saya harus berulang kali nanya balik. Saya jadi dapet pelajaran penting di sini. Satu, jangan bengong. Dua, harus konsentrasi. Tiga, tetap fokus. Sama ajalah yaaaa. Intinya, saya harus kerja cepat dan efisien. Jangan bengong aja. Nanti pasiennya harus nunggu lama jadinya.

Berbagai macam pasien dengan berbagai macam keluhan datang saat itu. Tapi yang paling banyak itu pasien yang mengeluhkan nyeri sendi dan pegal pinggang. Saya baru tau –akhirnya- kalo itu belum tentu rheumatik seperti yang saya kenal selama ini. Saya juga jadi tau obat-obatan buat ibu-ibu dan bapak-bapak yang mengeluhkan nyeri sendi. Di sini saya memperoleh pelajaran bahwa tugas dokter itu bukan hanya memberikan obat tetapi juga memberikan edukasi tentang penyakit yang diderita pasien. Sehingga pasien menjadi tahu cara mengurangi rasa sakit yang dideritanya atau mengurangi kemungkinan rasa sakit itu timbul. Yup, I got the point! Dokter tuh gak cuma ngasih obat biar pasien sembuh, tapi juga buat pasien ngerti biar gak sakit lagi. Oh ya,satu lagi yang penting, dokter itu harus bisa menumbuhkan rasa percaya diri pasien untuk sembuh dari penyakitnya. Dan yang palimg penting adalah, lakukan semuanya dengan hati yang ikhlas :D.

Huaaaaa, entah kenapa meskipun rasanya capek banget waktu pulang dari Lembang, dan dengan beban LI yang bejibun, saya masih tetep merasa ketagihan mau ikut Balai Pengobatan lagi. Mau lagi, mau lagi, mau lagiiiiiii :OOOOO