Oleh: Astika Anindiya P.  (Calon Gelombang 5 VOL-D)

Lembang, 7-8 April 2012

Bismillahirrahmanirrahim..

Satu lagi, kepingan kisah yang saya temukan di perjalanan hidup saya. Kisah yang memberi warna dan rasa baru. Kisah ini saya dapat dari keluarga baru saya, Volunteer Doctors ^^, Awalnya saya bukan seorang yang dekat dengan hal-hal yang berhubungan dengan kerelawanan, tapi ketertarikan untuk turun ke masyarakat itu muncul tanpa diminta, dan Volunteer Doctors menjadi sarana yang memberi banyak kesempatan untuk merasakan manisnya berbagi.

Ini kali kedua saya mengikuti kegiatan Vold. Setelah balai pengobatan di rumah belajar Ciroyom, kesempatan kali ini yaitu kegiatan sosial di Desa Manoko yang lahir dari gagasan dan kerja sama mahasiswa ITB, UPI, Unpad, dan MITI (Masyarakat Ilmuwan Teknologi Indonesia). Ternyata masih cukup banyak pemuda yang memiliki ketergerakan hati untuk melakukan hal konkret sebagai bukti kepedulian terhadap sesama. Alhamdulillaaah J

Kegiatan ini dilaksanakan saat long weekend tanggal 7-8 April 2012. Sebenarnya probabilitas tingkat kemageran seseorang cenderung meningkat dalam masa-masa seperti ini, terutama untuk orang-orang yang terkungkung dalam rutinitas seputar jadwal akademik di kampus dan tinggal di daerah yang minim hiburan. Tapi ternyata antusiasme ikut serta dalam kegiatan ini berhasil menaklukan kemageran yang semakin mengkronis di hari-hari terakhir long weekend. Dengan berbekal niat dan sebuah tas punggung padat-berisi, saya berkumpul di Mesjid Salman ITB pada Sabtu sore untuk berangkat bersama-sama ke Desa Manoko. Ternyata saya ditempatkan di bagian farmasi (obat) pada balai pengobatan esok hari. Ini juga merupakan kali kedua saya ada di bagian obat setelah kesempatan pertama saat kegiatan Jatinangor Peduli memperingati Hari Gizi Nasional. Mengingat pengalaman saat HGN, saya antusias untuk ada di bagian obat lagi. Berusaha keras membaca resep yang tulisannya kadang sulit dipahami dan bergelut dengan berpuluh-puluh jenis obat untuk mecari satu jenis obat yang bahkan belum pernah saya lihat sebelumnya adalah pengalaman sangat menarik di pengalaman BP pertama saya.

Setelah menunggu beberapa lama sampai semua berkumpul, kami pergi ke tempat tujuan dengan angkot carteran. Perjalanan sampai Jalan Raya Lembang bisa dibilang masih aman, lain cerita dengan perjalanan menuju Desa Manoko yang penuh guncangan di dalam angkot. Sesampainya di sana, kami disambut dengan hangat oleh para pantia MITI. Karena malam itu Vold belum ada agenda apa pun, kami menghabiskan malam dengan mempersiapkan kebutuhan untuk balai pengobatan esok hari dan menonton Kang Amey manggung untuk menghibur warga Desa Manoko :D

Sedikit deskripsi tentang Desa Manoko, di desa ini banyak sekali warga yang beternak sapi. Bukan sapi potong, tapi sapi perah berwarna hitam-putih. Banyak juga warga yang berkebun, mulai dari sayuran sampai bunga-bungaan. Tapi sayang sekali, untuk kandang sapi di desa ini banyak sekali yang posisinya sangat dekat dengan tempat tinggal warga. Akibatnya banyak lalat yang hilir-mudik masuk dan keluar rumah dan aroma dari kotoran sapi pun bisa sangat dirasakan dari dalam rumah. Selain itu, karena berada di daerah yang cukup tinggi, udara di Desa Manoko lebih sejuk dibandingkan dengan Bandung, apalagi air di sini seperti air kulkas. Kondisi ini pun mendukung niat kami untuk tidak mandi pada pagi harinya :D

Malam itu, kami tidur di rumah warga, makan pun bersama-sama di rumah warga dengan jamuan yang luar biasa. Pokoknya sambutan para warga kepada kami terasa hangat. Malam itu juga, Vold gelombang V mendapat upgrading tentang obat dari Kang Dani. Ternyata pengetahuan saya tentang hal tersebut masih sangat belum mencukupi, FBS 4 pun masih lupa-lupa-ingat. Akhirnya sebelum tidur, kami bertekad untuk belajar obat, lumayan walaupun hanya mereview slide-slide FBS 4. Selain itu juga, Teh Anis berbaik hati untuk mengajari kami tentang obat-obat yang biasanya banyak dibutuhkan warga. Karena malam semakin larut, mata semakin berat, terlebih kita harus berkumpul jam 6 pagi untuk briefing, akhirnya kami menyudahi acara belajar obat pukul 23.30. Dan malam itu, saya tidur dengan posisi kelembamam sempurna, mempertahankan posisi yang sama dari awal tidur hingga bangun :D

Esok paginya kami briefing bersama mahasiswa MITI di mesjid, lalu sarapan bersama, dan bersiap-siap untuk balai pengobatan. Ternyata balai pengobatan dilaksanakan di rumah warga, obat-obatan dan para operator pun di dalam rumah warga. Untuk BP kali ini setidaknya saya tidak se-blank saat BP pertama, obat-obatan yang diresepkan kepada pasien pun menjadi lebih familiar. Di bagian obat, saya juga tidak hanya belajar untuk tahu berbagai nama obat, tapi juga belajar untuk mengetahui indikasi dari obat-obat yang ada. Selain itu juga, kami harus bisa menjelaskan tentang drugs administration sesuai dengan yang diajarkan di skill’s lab semester pertama, terlebih jika mendapat pasien yang pintar dan kritis.

Karena operator dan stand obat berada di ruangan yang sama, sambil menyiapkan obat saya bisa sekalian mendengar operator dan asop yang melakukan anamnesis kepada pasien. Daann… Mayoritas warga berbahasa sunda. Tiba-tiba saya teringat kalau saya belum pernah sekali pun hadir di les bahasa sunda yang difasilitasi oleh manajemen Bale karena yang saya rasakan, saya sudah belajar bahasa sunda dari SD sampai SMA tapi tidak ada progres yang signifikan dalam kemampuan berbicara saya. Kekurangannya adalah praktik, karena tahu teori saja tidak cukup tanpa praktik langsung.

Pada pengalaman BP kali ini juga, saya mendapat mengalaman baru untuk belajar mengecek gula darah. Pengalaman ini benar-benar learning by doing karena sebelumnya saya belum pernah belajar mengecek gula darah dan tiba-tiba diberi kesempatan untuk mencoba melakukan. Learning by doing memang metode belajar yang baik, karena dengan praktik langsung akan lebih terbayang apa yang harus dilakukan dan bisa belajar dari kekurangan-kekurangan yang dilakukan, berbeda dibandingkan dengan hanya berteori.

Balai pengobatan selesai sekitar pukul 13.00 dengan jumlah pasien sekitar 91 orang. Setelah berbenah, kami solat, makan, foto bersama, dan pulang.

Hari ini saya mendapat banyak pengalaman dan ilmu baru, terlebih keluarga baru dari teman-teman dan akang/teteh Vold yang sangat hangat dan mau membimbing kami, Vold gelombang V. Ini bukti kekeluargaan dan ketidak-senioritasan di Vold yang beberapa minggu lalu saya baca dari essay teman-teman Vold gelombang IV, dan ternyata sekarang saya rasakan sendiri.

Mudah-mudahan kebahagiaan saya “turun” ke masyarakat kali ini bukan hanya euforia sementara. Mudah-mudahan semuanya dilakukan dengan hati dan niat yang lurus. Karena tidak akan pernah ada kata bosan untuk hal apa pun yang dilakukan dengan hati.